KARYA ILMIAH-SENI-BISNIS

menerima berbagai masukan tentang inovasi Karya Ilmiah

Laman

Sabtu, 29 Mei 2010

SAYEMBARA PENULISAN NASKAH BUKU PENGAYAAN TAHUN 2011

  SAYEMBARA PENULISAN NASKAH BUKU PENGAYAAN TAHUN 2011
Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2011
Wednesday, 26 May 2010 (23:39) | 70 views | 3 komentar
Dalam rangka meningkatkan jumlah dan mutu buku-buku pengayaan untuk peserta didik dan meningkatkan motivasi menulis di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan, Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional akan menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2011 dengan total hadiah Rp1.080.000.000,00 (satu miliar delapan puluh juta rupiah).
TEMA PENULISAN
“Membangun manusia Indonesia yang religius, cerdas, bermartabat, mandiri, dan kompetitif di era global dalam rangka pengembangan budaya dan karakter bangsa bagi peserta didik.”
NASKAH YANG DISAYEMBARAKAN
Naskah yang disayembarakan adalah naskah buku pengayaan, yaitu buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan, serta membentuk kepribadian peserta didik untuk jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK/MAK.
Jenis naskah yang disayembarakan adalah sebagai berikut.
No. Peruntukan Pembaca Naskah yang Disayembarakan Pemenang
1. SD/MI Kelas 4, 5, dan 6 Pengayaan Pengetahuan Alam dan Matematika Pemenang I, II, III
Pengayaan Pengetahuan Sosial dan Humaniora Pemenang I, II, III
Pengayaan Keterampilan Vokasional (Kewirausahaan) Pemenang I, II, III
Cerita Anak (bukan kumpulan cerita atau cerita bergambar) Pemenang I, II, III
Kumpulan Pantun Pemenang I, II, III
Kumpulan Puisi Pemenang I, II, III
2. SMP/MTs Pengayaan Pengetahuan Alam dan Matematika Pemenang I, II, III
Pengayaan Pengetahuan Sosial dan Humaniora Pemenang I, II, III
Pengayaan Keterampilan Vokasional (Kewirausahaan) Pemenang I, II, III
Novel Pemenang I, II, III
Kumpulan Cerpen Pemenang I, II, III
Kumpulan Puisi Pemenang I, II, III
3. SMA/MA/ SMK/MAK Pengayaan Pengetahuan Alam dan Matematika Pemenang I, II, III
Pengayaan Pengetahuan Sosial dan Humaniora Pemenang I, II, III
Pengayaan Keterampilan Vokasional (Kewirausahaan) Pemenang I, II, III
Novel Pemenang I, II, III
Drama Pemenang I, II, III
Kumpulan Cerpen Pemenang I, II, III
Jumlah 18 Jenis Naskah 54 Pemenang
PESERTA
Sayembara ini terbuka bagi para pendidik (berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan) dan tenaga kependidikan (pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar) pada pendidikan formal maupun nonformal, baik yang masih aktif maupun sudah pensiun. Peserta adalah perorangan, bukan tim.
BATAS PENGIRIMAN NASKAH
Naskah dikirim paling lambat tanggal 1 Maret 2011 (stempel pos) kepada:
Panitia Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2010
Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional
Jln. Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta 10002
HADIAH (Per Jenis Naskah) untuk 54 naskah pemenang:
1. Pemenang I : Rp 21.000.000,00
2. Pemenang II : Rp 20.000.000,00
3. Pemenang III : Rp 19.000.000,00
Hadiah dikenai PPh 15%.
PERSYARATAN
1. Naskah yang diajukan adalah:
a. karya asli,
b. tidak berseri,
c. tidak sedang diikutsertakan pada sayembara lain sebagian ataupun seluruhnya,
d. belum pernah menjadi pemenang sebagian ataupun seluruhnya dalam sayembara mana pun, dan
e. belum pernah diterbitkan sebagian ataupun seluruhnya.
Persyaratan di atas harus dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah) oleh penulis naskah.
2. Melampirkan surat keterangan masih aktif bekerja dari lembaga pendidikan tempat bekerja atau fotokopi SK terkini atau fotokopi SK pensiun.
3. Melampirkan biodata yang ditandatangani oleh penulis naskah.
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Naskah diberi identitas, yakni:
a. judul naskah,
b. jenis naskah
c. peruntukan (peserta didik SD/MI, SMP/MTs, atau SMA/MA/SMK/MAK).
6. Keterampilan vokasional meliputi:
a. kerajinan kriya,
b. teknologi rekayasa,
c. teknologi pengolahan, dan
d. teknologi budidaya.
7. Naskah diketik dengan komputer dan dicetak (print out) pada kertas A4, 2 spasi, ukuran font 12, jenis huruf arial, times new roman, atau tahoma, minimal 20 baris tiap halaman, batas margin tepi kertas 3 cm. Jumlah halaman isi (di luar halaman pendahulu/awal dan bagian belakang naskah): SD/MI: 60 s.d. 100 halaman, SMP/MTs.: 80 s.d. 150 halaman, SMA/MA/SMK/MAK: 100 s.d. 200 halaman. Khusus untuk puisi tidak terikat pada ketentuan jumlah baris dan batas margin tiap halaman.
8. Jika menggunakan gambar; ukuran dan jumlah harus proporsional, terintegrasi dengan teks, dan mendukung materi. Semua kutipan, foto, dan ilustrasi harus menyebutkan sumbernya.
9. Daftar pustaka wajib dibuat untuk pengayaan pengetahuan dan keterampilan.
10. Naskah buku pengayaan bukan termasuk buku pelajaran. Oleh karena itu, materi naskah buku pengayaan tidak dilengkapi dengan alat evaluasi dalam bentuk pertanyaan, tes, LKS, atau bentuk lainnya.
KETENTUAN PENGAJUAN NASKAH
  1. Isi naskah tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku, tidak bias gender, serta tidak menimbulkan masalah SARA.
  2. Naskah dikirim berupa ketikan asli dan dijilid rapi (bukan fotokopi atau dummy).
  3. Setiap calon peserta hanya diperbolehkan mengirimkan satu (1) judul naskah.
PENJELASAN
  1. Naskah yang dikirim ke Panitia menjadi milik Panitia dan tidak dikembalikan.
  2. Hasil keputusan Dewan Juri Sayembara tidak dapat diganggu gugat.
  3. Pengumuman dan pemberian hadiah kepada pemenang akan dilaksanakan pada peringatan Hari Buku Nasional tahun 2011. Para calon pemenang Sayembara akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti wawancara dan menghadiri pengumuman pemenang. Calon pemenang yang tidak dapat mengikuti wawancara dianggap mengundurkan diri.
  4. Pemegang hak cipta (hak ekonomi) naskah pemenang Sayembara berada pada Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
  5. Informasi lebih lanjut tentang Sayembara dapat menghubungi Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, Telepon (021) 3804248, Pesawat 275, Faks. (021) 3458151, 3806229, email: bangnas_pusbuk@yahoo.com, serta melalui Situs Internet Pusat Perbukuan dengan alamat www.pusbuk.or.id.
Jakarta, 1 April 2010
Kepala Pusat Perbukuan,
Ttd
Dr. Sugijanto

Rabu, 10 Maret 2010

PROFESIONALISME GURU


Sebagian besar guru di Indonesia masih lemah dalam penyiapan bahan ajar dan perencanaan pengajaran. Setiap sekolah perlu melakukan evaluasi dan pembinaan untuk meningkatkan profesionalisme guru tersebut.
Menurut Rasdi Ekosiswoyo dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jumat (22/1). Pidato Rektor Unnes periode 1998-2002 ini berjudul "Pengembangan Profesionalisme Guru sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan".
Menurut Rasdi, profesionalisme guru mencakup lima hal, yaitu kepribadian yang baik, kesiapan bahan, perencanaan pengajaran, kelihaian mengajar, dan kemampuan menimbang permasalahan. Saat ini belum ada program pembinaan yang mencakup kelima hal tersebut.
Rasdi menilai, dari kelima aspek tersebut, kelemahan guru yang paling menonjol adalah ketidaksiapan bahan dan pola pengajaran. Masih banyak guru yang tidak menyeleksi bahan ajar yang akan digunakan. Sebagian besar guru hanya menyalin bahan ajar dari berbagai sumber. "Tidak ada kreativitas untuk membuat bahan ajar sendiri," kata Rasdi.
Sementara program pengajaran juga tidak terancang dengan baik, misalnya untuk satu semester. Padahal, proses pendidikan memerlukan program yang jelas karena siswa membutuhkan tahapan dalam belajar. Sikap guru yang kurang mencintai pekerjaannya menjadi penyebab utama munculnya kelemahan tersebut. Jika para guru mau belajar meningkatkan kemampuan dengan berlatih atau membaca, dua kelemahan tersebut tidak akan muncul. Sekolah perlu mendorong kemauan belajar para guru tersebut, misal dengan mengadakan MGMP mapel di sekolah.
Tiap sekolah harus memilih model yang sesuai kebutuhan dan keyakinan guru. Model pengembangan profesi guru yang efektif dan kreatif serta inovatif dapat diterapkan di semua sekolah. Evaluasi dan pembinaan guru itu pun menjadi tanggung jawab setiap sekolah.
Pembinaan
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo sependapat dengan penilaian Rasdi. Pola pikir guru harus diubah sehingga guru memiliki tanggung jawab untuk terus belajar.
Tanpa kemauan guru untuk bekerja keras, profesionalisme tidak akan dicapai. Alasannya, selama ini anggaran pemerintah masih kurang dalam hal pembinaan guru. "Bahkan, ada guru honorer dan guru tidak tetap yang sama sekali belum mendapat pembinaan," kata Sulistyo. (den)

Robohnya Pendidikan Humanis

ontent="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type">
Robohnya Pendidikan Humanis

Sabtu, 23 Januari 2010 | 10:51 WIB

Banyak anak frustrasi dengan angka-angka ketika harus belajar dalam dunia yang disebut sekolah. Begitu menakutkannya angka-angka yang menunjukkan batas kelulusan bagi anak-anak dalam ujian nasional. Jauh hari sebelum ujian berlangsung, banyak kalangan dibuat repot dan harus memutar otak untuk mencapai angka-angka itu.
Anak-anak harus dirampas jam belajar di sekolah dengan drill soal-soal jauh hari sebelum ujian. Bahkan, frustrasi dan ketakutan sudah mereka rasakan jauh hari. Sepulang sekolah, waktu bermain mereka harus dirampas untuk mengikuti berbagai les atau uji coba yang dilakukan lembaga informal yang begitu menjamur di luar pagar sekolah.
Jangan bicara masalah nilai-nilai kehidupan! Memang hal ini bisa dihubungkan dengan perjuangan mencapai cita-cita, namun bukan lagi tentang pembelajaran nilai-nilai hidup ketika anak tidak mempunyai pilihan. Mereka melakukan dalam sebuah intimidasi masa depan dalam sebuah keterpaksaan. Pastilah hal ini bukan esensi dari sebuah pendidikan yang baik dan benar.
Sekolah pun harus dibuat pusing seribu keliling. Kepala sekolah dan juga para guru sama sekali tidak punya pilihan. Sama halnya dengan anak-anak, mereka harus melakukan semua itu dalam sebuah "todongan pistol" kebijakan. Celakanya lagi, kegagalan mencapai kelulusan 100 persen menjadi pertaruhan eksistensi sekolah.
Orangtua tidak kalah frustrasi memikirkan nasib anaknya. Sejumlah uang direlakan raib untuk membayar berbagai les atau privat demi tercapainya angka-angka itu. Sangat ironis karena anak-anak harus menjalani kerasnya "penjejalan materi" di lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah. Celakanya, anak-anak dari keluarga tak mampu hanya bisa bermimpi saja dan meletakkan nasibnya di atas awan yang tinggi sekali itu. Pendidikan dengan target angka-angka itu telah didesain untuk anak-anak keluarga berduit yang bisa memfasilitasi pendidikan luar sekolah yang sangat mahal itu.
Pada akhirnya, pendidikan dengan orientasi angka-angka itu jatuh pada kebobrokan moral para siswa, sekolah, dan orangtua. Kasus mencontek, bocoran jawaban, rekayasa, dan berbagai kecurangan dalam ujian nasional menjadi fakta kebobrokan pendidikan berorientasi angka itu. Pusat hanya menginginkan hasilnya dan sekolah harus mencapai hasil itu dengan sukses dengan berbagai cara, termasuk cara kotor. Ketika pendidikan jatuh pada kebobrokan dan "skandal" seperti itu, kembali sekolah dijadikan kambing hitam.
Meretas pendidikan humanis
Sesungguhnya potret buruk pendidikan tidak hanya tergambar dari atmosfer ujian nasional saja. Yang tampak dari kebobrokan ujian nasional merupakan puncak dari amburadulnya pendidikan nasional kita. Dalam sebuah proses pendidikan keseharian pun, pembelajaran berorientasi angka sangat dominan. Berbagai model pembelajaran banyak berakhir dengan sebuah tes. Bahkan, banyak guru dengan perkasanya membuat soal tersulit yang pernah ada sehingga nantinya dengan gagah juga menuliskan angka-angka itu di lembar jawaban siswa tanpa meninggalkan kata-kata apa pun sebagai feedback atas jawaban siswa.
Pembelajaran tanpa adanya feedback tertulis dan cukup menuliskan angka atau skor akhir siswa adalah sebuah kekerasan intelektual. Anak-anak hanya boleh tahu hasilnya saja, sedangkan alasan di balik benar atau salahnya jawaban tidak penting. Yang terjadi, anak-anak akan membawa pulang angka itu dan ditunjukkan pada orangtuanya tanpa bisa menjelaskan mengapa mendapat hasil seperti itu. Sebagai efeknya, ada dua kemungkinan respons orangtua, yakni "anak yang baik" karena mendapat nilai bagus atau "anak bodoh" karena mendapat nilai jelek. Celakanya, ada orangtua yang tidak peduli dengan per
kembangan anaknya. Habis sudah spirit pendidikan yang merupakan sinergi sekolah dan keluarga.
Bahkan, lebih sadis lagi, ketika tugas atau pekerjaan rumah para siswa hanya menjadi rutinitas. Guru tidak mempunyai perhatian khusus untuk melihat, mengoreksi, dan memberikan feedback. Bahkan, kebanyakan guru hanya mengandalkan subyektivitas belaka. Tamat sudah proses pendidikan yang humanis untuk membantu anak didik berkembang dalam sebuah penghargaan dan harapan ke depan.
Memang harus diakui bahwa tidak mudah menjadi pendidik yang sungguh-sungguh mendampingi anak didik. Setiap malam guru harus menghabiskan waktu untuk membaca tugas, jurnal, bahkan refleksi anak-anak.
Keteladanan mesti dikedepankan dalam proses mendidik. Cara guru menghargai dan mendampingi anak didik menjadi sebuah aura dan spirit tersendiri pada anak-anak untuk semangat belajar dan mengembangkan diri. Sepertinya masih lumayan, jika yang terjadi "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" di mana ketika guru memberi contoh yang buruk maka akan berimbas lebih buruk lagi pada murid karena murid mencontoh dari guru. Akan tetapi, bisa saja terjadi "guru kencing berdiri, murid mengencingi guru". Jika hal itu terjadi, justru itu tamparan maut bagi dunia pendidikan karena anak didik merasa muak dengan mentalitas dan kualitas pendidik dan pendidikan.
Pendidikan humanis dengan berusaha meninggalkan proses pembelajaran yang hanya menekankan masalah angka adalah sebuah kebutuhan masa kini. Angka-angka itu menjadi tanda kesewenang-wenangan dalam menghakimi proses pembelajaran anak didik. Anak-anak membutuhkan alasan atas penandaan itu karena dari alasan itulah mereka dapat belajar, yakni memperbaiki yang masih kurang dan meningkatkan yang sudah baik.
Sebuah pertanyaan besar, sudah biasakah mata para guru untuk membaca dan tangan mereka untuk menulis? Bukan membaca sekilas, mengingat wajah anaknya, lalu menuliskan skornya. Akan tetapi, membaca kata per kata dan menuliskan feedback atas semua itu. Ini tidak mudah namun harus dilakukan karena jangan sampai "anak-anak mengencingi para guru". FX ARIS WAHYU PRASETYO Pendidik di SMA Kolese Loyola Semarang

BERFIKIR DAN BERJIWA BESAR ALA ISLAM

Islam Mengajarkan Berpikir dan Bejiwa Besar PDF Cetak E-mail


Bukti-bukti bahwa Islam mengajarkan agar umatnya berpikir dan berjiwa besar sesungguhnya bisa dilihat dari berbagai aspek, baik dari doktrin yang bersumber dari ajaran Islam, yakni al QAur’an, sejarah kehidupoan rasul maupun sejarah hidup para pemimpin dan umatnya, termasuk juga dari bacaan-bacaan spiritualnya.


Seseorang disebut sebagai telah berjiwa dan berpikir besar manakala yang bersangkutan pada aktivitasnya tidak saja diorientasikan untuk kepentingan diri sendiri melainkan juga untuk pihak-pihak lain, dan tidak saja untuk mereka yang disini malainkan untuk yang di sana, serta bukan saja untuk mereka yang hidup sekarang, melainkan juga yang hidup pada masa yang akan datang.

Melalui al Qur’an, Islam berbicara tentang keselamatan, keadilan, kedamaian, kemenangan, kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat. Seseorang dipandang sudah masuk menjadi muslim, tatkala yang bersangkutan telah bersedia melakukan kesaksian terhadap dua hal, yaitu kesaksian atau bersyahadah terhadap Ke-Maha Esa-an Allah dan kesaksian bahwa Muhammad adalah Rasul Nya. Sebagai konsekuensi dari kesaksiannya itu, maka yang bersangkutan telah mengakui atas kebenaran apa yang diucapkan itu, tanpa ragu sedikit pun.

Kekuatan syahadah itu mestinya mampu menjadikan seseorang memulai berpikir dan berjiwa besar. Dengan bersyahadah seseorang mengenal Dzat Yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Adil, Maha Mulia dan seterusnya. Kesaksiannya itu semestinya melahirkan pandangan besar dan luas tentang dunia ini. Dengan bersyahadah, seseorang telah mengenal siapa sesungguhnya pencipta dirinya, serta berbagai macam sifat mulia yang disandang oleh Sang Maha Pencipta itu. Selain Dzat Yang Maha Pencipta, maka seluruh jagad raya dan seisinya adalah makhluk, termasuk dirinya. Semua makhluk adalah berkedudukan sama, kecuali manusia yang telah dimuliakan oleh-Nya. Kemuliaan itu tetap diberikan karena keimanan, akhlak dan amal sholehnya.

Pandangan seperti ini, membawa pikiran dan jiwa pemeluk Islam menjadi besar. Kebesaran pikiran dan jiwa itu semestinya tidak boleh berkurang, apalagi hilang oleh hal-hal yang sederhana sifatnya. Pandangan Islam seperti itu, dalam sejarah telah melahirkan manusia-manusia besar yang mampu menggerakkan dunia. Manusia-manusia yang telah meraih pikiran dan jiwa besar yang tumbuh karena ajaran Islam, ada dan hidup di mana-mana dan berkarya atau beramal sholeh di berbagai bidang kehidupan.

Dengan Islam, manusia diharapkan menjadi abdun sekaligus khalifah di muka bumi. Manusia boleh menjadi abdi, tetapi hanya terhadap Allah swt. Kaum muslimin tidak boleh mengabdi kepada selain kepada Allah. Ketaatan dan loyalitas dalam sebuah komunitas, bukan ditujukan kepada orang yang kebetulan menjadi pemimpinnya, melainkan terhadap komitmen sebagai bagian bentuk dari pengabdiannya terhadap Tuhan. Sebagai khalifah, manusia dalam konsep Islam, adalah pihak yang mendapatkan amanah untuk mengatur dan memakmurkan bumi. Mengikuti konsep ini, posisi manusia adalah sangat mulia, melebihi posisi makhluk lain manapun.

Namun aneh, di hadapan umat lainnya, selama ini kaum muslimin masih belum menemukan kemuliaannya itu. Dalam berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, social dan juga ilmu pengetahuan, masih kalah dan bahkan tertinggal dari umat lainnya. Kekalahan itu bukan karena mereka memeluk Islam, melainkan disebabkan karena dalam memahami dan memposisikan Islam, tampak kurang sempurna. Dalam sejarahnya Islam pernah mengalami kejayaan, sejak kepemimpinan Rasulullah saat itu. Rasulullah pernah membangun masyarakat yang benar-benar damai. Masyarakat itu dibangun di atas sendi tauhid, kejujuran, keadilan kesetaraan, memuliakan orang-orang berilmu dan beriman, beramal sholeh dan berakhkul karimah. Sebaliknya, bukan menindas dan menganiaya, melainkan sebaliknya justru menolong, dan memberdayakan terhadap siapapun baik terkait kehidupan social, ekonomi maupun ilmu pengetahuan.

Tidak pernah habis berbicara tentang keindahan Islam sebagai konsep kehidupan manusia baik secara individu maupun bermasyarakat. Terkait dengan perbincangan Islam dan kaitannya membangun pikiran dan jiwa besar, dalam artikel pendek ini, saya hanya ingin mengajak pembaca membayangkan bagaimana dalam kegiatan ritual sekalipun, Islam mengajak umatnya berpikir dan berjiwa besar itu.

Kegiatan ritual yang bersifat rutin dan harus dilakukan oleh kaum muslimin, berisi kalimat atau kata tentang kebesaran, kesucian, puji-pujian, kasih sayang, jalan lurus, hari akhir, dan sejarah kemanusiaan. Berapa kali sehari semalam, kaum muslimin diwajibkan untuk mengucapkan kalimah Allahu akbar, subhanallah, alhamdulillah dan kalimat-kalimat lain yang mulia. Kalimat-kalimat yang harus diucapkan dari waktu ke waktu, dari hari-ke hari selamanya tanpa putus, sepanjang waktu, memberikan kesadaran dan training tentang sifat-sifat itu yang seharusnya kemudian dimiliki dan bahkan merasuk dalam relung-relung pribadi kaum muslimin.

Di pagi buta, kaum muslimin sejak saat bangun tidur, dibiasakan mendengar kalimah suci itu, melalui adzan dan iqomah, bacaan-bacaan mulia di dalam sholat, semuanya itu, jika dilihat dari perspektif pendidikan atau tarbiyah, merupakan cara Islam menjadikan umatnya menyandang pribadi yang mulia, yakni di antaranya berpikir dan berjiwa besar itu. Hanya kemudian, pertanyaannya adalah benarkah seluruh kaum muslimin, telah memahami dan menyadari bahwa kegiatan ritual dengan mengucap kalimah-kalimah mulia itu, sesungguhnya adalah sebagai bagian dari proses menjadikan dirinya meraih kemuliaan itu. Atau, kegiatan ritual itu hanya dipandang dan dirasakan sebagai beban, karena semua yang dilakukan bukan untuk kesempurnaan dirinya, yakni sebagai abdun dan sekaligus sebagai khalifah, melainkan untuk selainnya itu.

Ujian Nasional Diubah pada 2011

Ujian Nasional Diubah pada 2011

Pemerintah Dinilai Paksakan Kehendak
Sabtu, 23 Januari 2010 | 03:41 WIB
Jakarta, Kompas - Perubahan mendasar pada pelaksanaan ujian nasional baru bisa dilaksanakan pada tahun 2011. Jika perubahan dilakukan dalam ujian nasional tahun ini yang sebentar lagi digelar, dikhawatirkan bakal menimbulkan kebingungan bagi siswa dan sekolah.
”Keinginan untuk memperbaiki UN guna mengakomodasi keinginan masyarakat mesti dilaksanakan, UN tahun 2010 ini sebagai masa transisi untuk perbaikan mendasar UN pada tahun berikutnya,” kata Rully Chairul Azwal, Ketua Panitia Kerja Ujian Nasional Komisi X DPR di Jakarta, Jumat (22/1).
Rully mengatakan, DPR tidak lagi mempersoalkan apakah UN kali ini sah pascaputusan Mahkamah Agung yang menolak kasasi pemerintah soal gugatan UN. Dari konsultasi dengan MA, Ketua MA Harifin A Tumpa menegaskan bahwa tidak ada penghentian, pelarangan, atau penundaan UN.
”UN tahun ini tidak melanggar putusan MA. Jadi, kami anggap masalah hukum UN sudah selesai,” ujar Rully.
Adapun hasil UN sebagai penentu kelulusan, kata Rully, memang masih diperdebatkan. Masih ada fraksi di Komisi X yang meminta supaya hasil UN tidak sebagai syarat kelulusan dan saling memveto.
”Kami menyadari jika standar pendidikan kita belum merata. Jangan sampai UN itu membawa korban pada siswa dan sekolah-sekolah yang belum mencapai standar pelayanan minimum. Tetapi, perubahan itu kita siapkan untuk UN berikutnya supaya hasil UN jangan lagi merugikan siswa,” tegas Rully.
Hingga saat ini, dana alokasi UN senilai Rp 562 miliar masih diberi tanda bintang yang artinya belum disetujui Komisi X. Keputusan penghapusan tanda bintang diputuskan pekan depan, menunggu hasil kerja panitia kerja UN.
Pemaksaan kehendak
Secara terpisah, Muhammad Isnur, Koordinator Tim Advokasi Korban UN, mengatakan, pemerintah melakukan pemaksaan kehendak dengan tetap melaksanakan kebijaksanaan UN. Presiden dan Mendiknas dinilai hanya mencari-cari dalil dan legitimasi bahwa UN tidak bertentangan dengan putusan MA.
”Presiden, Wapres, Mendiknas, dan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah divonis lalai dan melanggar dalam pemenuhan dan perlindungan HAM.
Isnur menilai MA juga lari dari tanggung jawab untuk memenuhi putusan yang dibuatnya sendiri. ”Pengujian atas putusan seharusnya juga dilaksanakan melalui proses eksekusi dan penilaian majelis hakim bukan dilemparkan kepada anggota DPR yang merupakan lembaga politik,” ujar Isnur.
Di Semarang, anggota BSNP, Mungin Eddy Wibowo, mengimbau agar tim pengawas satuan pendidikan dan tim pemantauan independen lebih berani dan tegas dalam pelaksanaan ujian nasional tahun ini. Tim pemantau dan pengawas harus berani masuk ke ruang ujian jika menemukan pelanggaran dan menindak pelakunya.
Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Sudijono Sastroatmodjo mengatakan, pihaknya siap untuk melaksanakan UN. Unnes bertanggung jawab dalam pengawasan pencetakan berkas soal dan pelaksanaan ujian serta pemindaian soal.
Sudijono pun menekankan bahwa perguruan tinggi tidak dapat bertanggung jawab dalam proses pencetakan naskah soal karena terkendala persoalan biaya dan peralatan.
(ELN/LUK/ NDY/DEN)

INFO... BISNIS ONLINE


8 Cara Praktis Membuat Blog Sukses Spektakuler

By Joko Susilo & Parjuni
8 cara praktis membuat blog sukses spektakulerMungkin banyak orang memanfaatkan blog hanya untuk kesenangan pribadi. Misal sebagai tempat curhat, menuliskan keluh kesah atau pengalaman yang dialami. Atau bisa juga untuk berbagi informasi, menuliskan informasi penting agar banyak orang yang bisa mengetahuinya. Sebagai tempat latihan menulis juga bisa. Tujuan lainnya, blog bisa pula dipakai untuk tempat menyimpan catatan-catatan penting anda. 
Namun, apapun tujuan anda ngeblog, yang jelas blog bisa pula mendatangkan keuntungan tak terhingga untuk anda. Blog bisa mendatangkan uang tanpa henti masuk ke kantong anda. Enak kan? “Sekali nyetir, dua kota terlewati”. Sambil tetap ngeblog dan tidak kehilangan kesenangan anda, bisa pula menambah tebal dompet anda. Tapi bagaimana caranya?
Itu pasti yang ingin anda tanyakan. Tentunya blog anda harus menarik banyak pengunjung dan membuat mereka betah unuk berkali-kali datang ke blog anda. Di sini saya bagikan 8 hal yang perlu anda perhatikan agar blog anda sukses secara spektakuler.
  1. Tetapkan URL yang konsisten. Dalam membuat blog, URL anda harus konsisten. Maksudnya, jangan digonta-ganti. Sekali saja anda mengganti URL blog, berarti anda harus kerja keras mempopulerkannya kembali. Blog yang sudah mulai akrab dengan search engine, akan hilang begitu saja. Begitupun koneksi yang telah anda bangun selama ini. Karena itu URL sangat penting. Dalam menentukan URL, sebaiknya pilih nama yang mudah diingat. Prinsip lainnya, bisa di baca di sini.
  2. Pilih topik yang tepat. Dulu pernah saya katakan, bekerja di bidang yang dicintai membuat kita lebih mudah sukses. Saat membuat blog, hal ini pun harus menjadi bahan pertimbangan. Jangan memaksakan diri di bidang A kalau anda suka bidang B. Bekerja di bidang yang anda sukai pasti membuat anda lebih semangat. Kalau bingung mau memilih topik blog apa? Gampang! Solusinya bisa anda temukan di cara memilih topik blog yang menarik seperti magnet.
  3. Tampilkan content berkualitas. Saya jamin, tak ada yang bakal menolak barang berkualitas yang gratis. Begitupun dengan blog anda. Jaga kualitas content blog anda. Dengan begitu, pengunjung akan kesengsem dan mudah kembali ke blog anda. Kalau mau isi blog anda jadi bagus, baca di sini.
  4. Promosikan blog anda. Undang pengunjung sebanyak mungkin untuk datang ke blog anda. Misal, dengan aktif menulis di milis. Bisa juga dengan aktif berkomentar di blog yang ramai pengunjungnya. Bisa pula dengan memanfaatkan social network yang sesuai dengan target pembaca anda. Dan banyak cara lainnya. Yang penting, anda jangan pernah berhenti mempromosikannya. Memang mungkin menghabiskan banyak waktu. Tapi hasil yang anda tuai pasti sepadan dengan usaha anda.
  5. Tingkatkan keterampilan teknis. Setelah memiliki blog, jangan lupa untuk meningkatkan keterampilan anda mengelola blog. Banyak hal yang bisa dipelajari seperti mengenai SEO, HTML, dan lainnya. Dan mungkin tak akan pernah ada habisnya. Tapi yang penting, setelah anda pelajari, langsung praktekkan. Biar pengetahuan anda jadi melekat dan bermanfaat. Dengan semakin menguasai hal teknis, blog anda pasti akan tampil unik dan jauh lebih menarik.
  6. Lakukan riset dan evaluasi. Jangan bosan untuk meningkatkan kualitas blog anda. Karena itu, lihat blog ‘tetangga’ dan bandingkan dengan blog anda. Serap hal-hal yang menurut anda baik untuk diterapkan pada blog anda. Dengan selalu melakukan riset dan evaluasi, blog anda pasti akan lebih baik dari hari ke hari.
  7. Jangan surut langkah. Sekali anda memutuskan ngeblog, jangan pernah mundur. Meski mungkin anda menemui kenyataan tak seindah harapan. Seperti meski anda sudah jungkir balik promosi, tapi pengunjungnya cuma segitu saja. Atau page rank blog anda masih ada di urutan terbelakang. Sekali lagi, jangan pernah surut langkah. Kesulitan itu sesuatu yang wajar. Dan anda harus belajar menyelesaikannya. Hadapi kesulitan anda, bukan dihindari!
  8. Berani berkorban. Orang Jawa bilang, jer besuki mawa bea. Ini pepatah lama yang tetap cocok sampai kapanpun. Untuk meraih kesuksesan anda harus berkorban lebih dulu. Jika anda telah memilih membuat blog, kelolalah dengan baik. Jangan sia-siakan. Fokuskan perhatian anda pada blog anda. 
Cara di atas mungkin sudah sering anda temui. Tapi, jangan dulu berkomentar basi. Cobalah satu-persatu, niscaya nantinya anda akan terkejut melihat pengunjung blog anda jauh lebih ramai dari anda kira. Kalau sudah begitu, mau pilih sumber penghasilan blog yang manapun, pasti akan lebih gampang mewujudkannya.

BISNIS SAMPINGAN YANG MENJANJIKAN

Inilah 10 Kiat Membuat Blog Anda Jadi Makin Terkenal dan Meraup Sukses Besar

Anda punya blog? Dan ingin blog anda mengalami sukses besar? Pastilah anda semua akan menganggukkan kepala tanda setuju dan menjawab,” Ya!!!” Nah, kemudian pasti pertanyaan yang diajukan berikutnya bagaimana melakukannya?
Kalau benar seperti itu yang anda tanyakan, silakan lanjutkan membaca.
Seperti yang saya katakan tadi, saya akan beritahu cara membuat blog anda cepat terkenal dan meraup sukses besar. Saya tulis secara singkat agar anda mudah dan cepat memahaminya. Serta segera bisa meng-ACTION-kannya. Ini dia kiat-kiatnya…
1. Buat link ke blog lainnya. Terutama ke blog yang trafficnya tinggi dan topiknya sama dengan blog anda.
2. Berlombalah jadi yang pertama berkomentar. Lakukan ini terutama di blog yang pengunjungnya banyak. Karena komentar anda pasti akan terbaca oleh pengunjung lainnya. Kalau komentar anda menarik, mereka pasti langsung menuju ke blog anda.
3. Pancing mereka untuk berkomentar. Cara melakukannya bisa anda baca di sini.
4. Berkomentar untuk menjalin hubungan. Jangan selalu berkomentar hanya demi kepentingan bisnis saja. Tapi bicaralah seperti layaknya obrolan antar-manusia. Tanyakan bagaimana kabar mereka, sedang sibuk apa, atau anda bisa berbagi cerita tentang kejadian menarik yang baru anda alami. Komentar yang alami dan penuh persahabatan seperti layaknya obrolan antar kawan bisa memperkokoh jalinan hubungan.
5. Ijinkan trackback dan link pada tempat berkomentar. Salah satu alasan blogger dalam berkomentar adalah agar bisa membangun jejaring link-nya. Penuhilah keinginan mereka, jangan abaikan.
6. Buat review tentang blog lain. Mereka yang anda buat review blognya pasti akan sangat senang. Ya, ibaratnya anda telah mau menceritakan isi blog tersebut ke pengunjung anda. Blog yang telah anda buat review-nya minimal pasti akan mengunjungi blog anda.
7. Jawablah komentar yang ditujukan pada anda. Punya blog berarti anda harus mau berinteraksi dengan blog lain. Kalau anda hanya ingin mengasingkan diri dengan ngeblog di dunia maya, urungkan niat anda itu. So, jangan biarkan komentar mereka bertepuk sebelah tangan. Bagaimana caranya menjawab komentar?
8. Buatlah artikel yang tak lekang ‘dimakan’ waktu. Maksudnya, yang tidak mudah basi dan dilupakan orang. Tapi yang selalu dibutuhkan orang sampai kapanpun. Seperti artikel berbentuk how-to yang sedang anda baca ini. Jenis-jenis artikel lainnya silakan klik di sini.
9. Pelihara hubungan baik dengan blog lain. Khususnya dengan blog yang ikut menyumbang aliran traffic ke blog anda. Alias dari sana salah satu sumber datangnya pengunjung ke blog anda.
10. Masukkan posting mereka ke social media. Ini cara lain yang bisa anda perbuat untuk memperkuat hubungan. Mereka pasti senang kalau tahu anda membantu menyebarluaskan posting blog mereka ke social media.
Bagaimana komentar anda? Atau anda mau menambahkan kiat-kiat lainnya?

Minggu, 21 Februari 2010

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP MATA PELAJARAN SENI BUDAYA MELALUI PENDEKATAN APRESIASI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan manusia Indonesia yang berkualitas yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, beretos kerja, maju, tangguh, cerdas, kreatif, trampil, berdisiplin, profesional, bertanggungjawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional itu perlu adanya usaha-usaha di bidang pendidikan sehingga dapat menyesuaikan tuntutan perkembangan pembangunan di segala bidang. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan agar mampu menyelenggarakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang menghasilkan pribadi manusia berkualitas.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Mengacu pada Undang-undang tersebut maka para peserta didik tidak lepas dari kehadiran pendidik.
Kurikulum pendidikan dasar di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) menyatakan bahwa Seni Budaya adalah mata pelajaran yang mempelajari aspek estetis yang bahannya didasarkan pada kajian seni rupa, seni musik dan seni tari. Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Seni Budaya memungkinkan bagi peserta didik dapat meningkatkan kepekaan rasa dengan baik. Berbagai usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajarnya antara lain dengan menetapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, memantapkan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok dan menetapkan penguasaan materi program belajar sehingga dapat menguasai dan menerapkannya dalam kehidupan di masyarakat.
Mata Pelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari para peserta didik. Alasan klasik yang dikemukakan oleh para peserta didik antara lain karena mata pelajaran Seni Budaya tidak menentukan kenaikan ataupun kelulusan, sehingga dianggap “tidak penting” dan disepelekan. Dampaknya, peran peserta didik dalam proses belajar mengajar hanya sekedar asal mengikuti. Peserta didik menjadi malas mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, bahkan mengantuk saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.
Tujuan akhir dari kegiatan belajar adalah pencapaian prestasi belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar antara individu yang satu dengan yang lain tidak sama, hal ini karena disebabkan faktor individualisme yang berbeda-beda diantaranya faktor motivasi. Motivasi adalah dorongan pada diri seseorang yang menyebabkan ia bertindak, berbicara, berpikir dengan cara tertentu. Di dalam melaksanakan pekerjaan yang bersifat sadar, seseorang selalu didorong oleh motif tertentu baik intrinsik maupun ekstrinsik. Bila peserta didik belajar karena motif intrinsik hasilnya akan lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Nawawi, 1985 : 124 ) bahwa Peserta didik bersedia melakukan suatu kegiatan belajar bilamana motif yang mendorongnya cukup kuat, sebaliknya peserta didik yang tidak didorong oleh motif yang kuat akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak bergairah dalam belajar.
Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi akan rajin belajar, tidak pernah membolos dalam pergi ke sekolah, memperhatikan mata pelajaran, rajin mencacat, rajin mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas, rajin mengusahakan sarana yang dibutuhkan dan rajin mengikuti kegiatan ektra kurikuler. Kaitan dengan mata pelajaran Seni Budaya dalam hal ini adalah gemar berolah seni. Peserta didik dengan antusias secara individu maupun kelompok membentuk kelompok belajar seperti membentuk group band, sanggar lukis, sanggar tari, mengikuti kegiatan ekstra kurikuler bidang seni, sehingga luas wawasan seninya, memahami teori dan trampil serta kreatif dalam berolah seni.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas dalam penelitian ini penulis akan memaparkan usaha peningkatan motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran Seni Budaya melalui pendekatan Apresiasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Apakah pendekatan apresiasi dapat meningkatkan motivasi belajar seni budaya pada peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 6 Temanggung tahun pelajaran 2007/ 2008?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar Seni Budaya Melalui Pendekatan Apresiasi Pada Peserta Didik Kelas VIII A SMP Negeri 6 Temanggung Tahun Pelajaran 2007/ 2008”, mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah pendekatan apresiasi dapat meningkatkan motivasi belajar seni budaya pada peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 6 Temanggung tahun pelajaran 2007/ 2008.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah dapat memberikan bahan masukan untuk program penanganan motivasi belajar sebagai usaha meningkatkan prestasi peseta didik.
2. Menambah bahan bacaan atau wawasan mengenai pendekatan apresiasi sebagai upaya peningkatan motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran Seni Budaya.
3. Menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam perbaikan proses pembelajaran di kelas.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Proses Pengajaran
Proses pengajaran adalah suatu kegiatan suatu pengajaran dengan suatu susunan dari beberapa bagian dari bahan pelajaran yang merupakan suatu satu kesatuan yang saling berhubungan.
Proses pengajaran ini banyak sekali macamnya, dengan mempertimbangkan faktor-faktor proses pengajaran itu masing-masing antara lain :
1. Pengajaran Progresif
Pengajaran progresif adalah pemberian pelajaran yang hanya sekali menjelaskan kesulitan-kesulitan yang berturut-turut dari salah satu materi dan tidak diulangi lagi yang secara sengaja.
Pengajaran ini terdiri dari 2 yaitu susektif sebagian demi sebagian dan susektif sambil mengulang ( Hasan, 1994 : 107 ).
2. Pengajaran Konsentris
Pengajaran konsentris yaitu pemberian mata pelajaran dengan cara memberikan seluruh bahan yang ada dalam tiap-tiap tahun pelajaran. Bahan pelajaran untuk tiap-tiap tahun berikutnya terdiri dari pengulangan bahan yang sudah diberikan dengan tambahan untuk memperdalam.
3. Pengajaran Regresif
Pengajaran regresif yaitu pengajaran yang dimulai dari yang telah diketahui oleh murid, dengan apa yang telah diketahui oleh murid inilah dijadikan dasar pemberian dan deduktif.

4. Pengajaran Induktif dan Deduktif
Pengajaran induktif yaitu pemberian pengajaran yang dimulai dari bagian yang kemudian baru sampai ke bahan keseluruhan yang selanjutnya bahan diuraikan menjadi bagian-bagian.
Cara menentukan bahan-bahan pelajaran harus berdasarkan skop dan urutan-urutan yang telah ditentukan instruksinya ( Hasan, 1994 : 109 ).
Pengajaran dengan pendekatan apresiatif mengacu kepada pengajaran regresif, peserta didik diperkenalkan sesuatu yang telah diketahui sebelumnya kemudian dikembangkan kemateri pembelajaran yang diinginkan.

B. Pengelolaan Pengajaran
Pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan guru yang memiliki dasar-dasar mengajar yang baik.
Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi kegiatan belajar mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan pengelolaan pengajaran adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikatif yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran ( Suryabrata : 1997 : 19 ).
Efektifitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana dan tidaknya perencanaan. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif.
Cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yaitu murid harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan mengajar ( Nasution, 1989 : 101 ).
Untuk dapat mencapai hasil yang efektif guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola kegiatan dibidang pengajaran meliputi : (a) kemampuan merencanakan pengajaran, (b) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (c) kemampuan mengevaluasi pengajaran ( Suryabrata, 1997 : 27 ).
Pengelolaan pengajaran dengan pendekatan apresiasi dilakukan dengan memperdengarkan/ mempertunjukkan video klip lagu-lagu yang sedang naik daun karya musisi kondang untuk seni musik, mempertunjukkan hasil karya lukis, patung baik repro maupun asli dari perupa ternama untuk seni rupa.

C. Motivasi Belajar Terhadap Mata Pelajaran Seni Budaya
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu ( As’ad, 2002 : 45).
George R. Terry dalam Winardi, mendefinisikan motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan (Winardi, 1986 : 328). Motivasi adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjrachman dan Husnan, 1992 : 197). Sedangkan T. Hani Handoko (1990 : 252) menyebutkan motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Senada dengan pendapat tersebut Natawijaya (1987 : 78) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku yang mengatur perbuatan atau tingkah laku itu untuk merumuskan kebutuhan menjadi tujuan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, motivasi diartikan dorongan yang berasal dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Depdikbud, 1999 : 660).
Dari pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keadaan dari dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan belajar tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki.
Mata Pelajaran Seni Budaya merupakan salah satu materi umum yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama ( SMP ). Mata Pelajaran Seni Budaya terdiri atas tiga (3) sub mata pelajaran yaitu; seni rupa, seni musik dan seni tari. Pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya di SMP tergantung kebijakan kepala sekolah
Dari kedua pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar terhadap mata pelajaran seni budaya adalah keadaan dari dalam diri peserta didik yang mendorong keinginan untuk melakukan kegiatan belajar seni budaya guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi belajar terhadap mata pelajaran seni budaya yang diberikan guru kepada anak berarti menciptakan suasana yang mendukung belajar agar dapat menggerakkan anak untuk melakukan kegiatan belajar atau ingin melakukannya, sehingga anak mempunyai kebutuhan untuk belajar seni budaya guna mencapai prestasi yang maksimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus melakukan motivasi belajar kepada peserta didiknya. Dalam hal ini pendidik harus menyadari bahwa peserta didik akan mau belajar giat dengan harapan akan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil belajarnya.

D. Pendekatan Apresiasi
Apresiasi diartikan sebagai penghayatan dan penghargaan terhadap nilai yang terkandung di dalam hasil karya seni ( Bastomi, 1989 : 91 ). Menurut Gove (dalam Aminudin 1987 : 34) dikatakan apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kesepakatan batin dan pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan. Dalam apresiasi unsur-unsur seni harus dipahami dulu oleh seseorang agar bisa memberikan apresiasinya terhadap suatu hasil karya.
Kegiatan apresiasi menurut Sahman ( 1994 : 45 ) adalah perbuatan membentuk gambaran tentang sesuatu, menginterpretasi, menilai dan memberikan penghargaan. Pada dasarnya kegiatan berapresiasi pada seni adalah suatu proses penghayatan pada seni kemudian diiringi dengan penghargaan terhadap seni dan senimannya. Lebih lanjut dikatakan Bastomi ( 1989 : 76) Proses penghayatan berlangsung melalui tahapan pengamatan, pemahaman, tanggapan , evaluasi dan terakhir penghargaan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan apresiasi merupakan kegiatan seni yang prosesnya berlangsung melalui tahapan pengamatan, pemahaman, penilaian dan penghargaan terhadap karya seni.

D. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ Pendekatan Apresiasi dapat Meningkatan Motivasi Belajar Seni Budaya pada Peserta Didik Kelas VIII A SMP Negeri 6 Temanggung Tahun Pelajaran 2007/ 2008”.

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti dapat menggunakan penelitian berbagai macam metode sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan. Metode penelitian adalah sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1987 : 4). Sedangkan menurut Ali (1985 : 39 ) dikatakan metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui suatu usaha dengan mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, sehingga diperoleh pemecahannya.
Dari dua pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu sehingga diperoleh pemecahannya.

A. Setting dan Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah kelas VIII A SMP Negeri 6 Temanggung Tahun Pelajaran 2007/ 2008 yang berjumlah 38 peserta didik, yang terdiri dari 19 peserta didik putra dan 19 peserta didik putri. Pemilihan kelas VIII A berdasarkan pertimbangan bahwa ketika diadakan pre test dan angket tentang motivasi belajar, kelas tersebut memiliki prosentase tertinggi motivasinya dibanding dengan kelas lain secara paralel.
Penelitian terdiri atas tiga siklus. Siklus I dilaksakan pada tanggal 10-12 September 2007, siklus II dilaksanakan pada tanggal 8-10 Oktober 2007 dan siklus III dilaksanakan pada tanggal 29-31 Oktober 2007.

B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan ada 2 (dua) cara yakni teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan pada siklus I, II dan III, untuk mengetahui peningkatan kemampuan olah seni, teknik non tes yaitu angket, observasi dan wawancara. Hal ini dilakukan untuk melengkapi beberapa kelemahan yang terdapat dalam teknik tes pada tiga siklus tersebut. Sedang alat pengumpulan data berupa butir soal tes praktek, lembar angket, lembar observasi dan pedoman wawancara.
a. Metode Tes Praktek
Mata Pelajaran Seni Budaya mengutamakan aspek psikomotorik sebagai alat mengukur bakat dan prestasi peserta didik, disamping aspek kognitif dan afektifnya. Peserta didik diharapkan menciptakan suatu karya seni sesuai dengan tema yang diberikan guru. Untuk mengetahui tingkat motivasinya dilengkapi dengan aspek kognitif dan afektif.
b. Metode Angket
Menurut Suharsimi ( 1990 : 24 ) dikatakan angket atau kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara mengisi sebuah daftar pertanyaan, sehingga dapat diketahui tentang keadaan atau cara tentang diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapatnya.
Berkaitan dengan hal tersebut Sutrisno Hadi ( 1984 : 22 ) mengatakan dipakainya metode angket sebagai alat pengumpul data didasarkan pada hal berikut : (a) subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, (b) apa yang dinyatakan oleh subjek penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya, dan (c) interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh penyelidik.
Metode angket digunakan untuk mengetahui motivasi peserta didik yang berkaitan dengan kemampuan kognitif dan afektif.
c. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi dilakukan di dalam kelas, pada saat peserta didik mengikuti pelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi tingkah laku dan aktivitas saat mendapat penjelasan tentang materi tertentu dan melakukan tugas yang diberikan guru,
d. Metode Wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan dengan Tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan responden.
Data-data yang diperoleh baik, berupa nilai tes praktek dan hasil angket (data kuantitatif) dan data hasil observasi dan wawancara (kualitatif) divalidasi dengan trianggulasi data.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian berbasis pada kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur empat tahap yaitu : (a) merencanakan, (b) melakukan tindakan, (c) mengamati (observasi), dan (4) merefleksi.
a. Tahap Perencanaan Penelitian (Planning)
Kegiatan dalam perencanaan mencakup tahapan sebagai berikut :
1) Persiapan menyusun program pembelajaran, yaitu guru merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, mencari model pembelajaran, metode serta teknik yang sesuai dengan materi. Merancang instrumen penilaian, baik proses maupun hasil pembelajaran.
2) Menyusun program pembelajaran, yaitu menentukan alokasi waktu, memilih materi yang sesuai, merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun scenario, dan merancang instrumen penilaian.
3) Mencoba/berlatih menggunakan scenario yang disusun agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tindakan penelitian dilakukan dengan tiga siklus, sebab setelah dilakukan refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses tindakan, akan muncul permasalahan atau pemikiran baru, sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan dan pengamatan ulang serta refleksi ulang.
Masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pendekatan apresiasi dapat meningkatkan motivasi belajar seni budaya pada peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 6 Temanggung tahun pelajaran 2007/ 2008?
Untuk mengetahui masalah tersebut di atas direncanakan sejumlah tindakan yang terbagi menjadi tiga siklus:
Siklus I :
Pembelajaran untuk konsep gambar reklame dengan pendekatan apresiasi dilaksanakan dengan urutan langkah sebagai berikut :
Pendahuluan
1) Memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang reklame.
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Mempersiapkan semua peralatan untuk keperluan pengajaran apresiasi. Peralatan pendukung yang digunakan adalah karya poster, selebaran, brosur, pesawat televisi, player VCD dan kaset CD tentang reklame.
4) Mengadakan Pre-tes.
Kegiatan Inti
1) Menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi.
2) Mengatur tempat duduk peserta didik sedemikian rupa sehingga seluruh peserta didik dapat melihat gambar model dan gambar pada pesawat televisi yang ditempatkan di depan kelas.
3) Guru menampilkan beberapa karya reklame seperti: selebaran, brosur, poster komersial dan poster sosial serta visualisasi kegiatan reklame. Sambil mengamati dan mendengarkan, guru mengingatkan pada peserta didik agar memperhatihan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik tentang contoh karya reklame dan visualisasi pada penyajian VCD reklame.
4) Peserta didik membuat rekame yang diberikan guru
5) Guru mengadakan pelatihan lanjutan.
Penutup
1) Memandu peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
2) Mengadakan evaluasi karya reklame yang telah diselesaikan dalam pembelajaran dan mengadakan angket.
3) Memberi penghargaan pada peserta didik kreatif dengan karya baik dan memberi tugas rumah.
Siklus II :
Setelah dilakukan observasi dan refleksi, maka siklus II dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut :
Pendahuluan
1) Memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang manfaat reklame
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1) Menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi.
2) Guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk mengamati, memahami, menilai dan memberikan penghargaan terhadap beberapa karya poster komersial dan poster sosial yang dipajang di dinding kelas. Sambil mengamati guru mengingatkan pada peserta didik agar memperhatihan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik pada karya tersebut.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih dan memberikan tanggapan terhadap karya poster yang telah diamatinya. Peserta didik sambil mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKS). Peserta didik yang dapat memberikan pilihan dan penilaian dengan baik dan benar diberikan stiker.
4) Memodelkan kembali kegiatan apresiasi secara kelompok
5) Latihan membuat poster sosial lanjutan.
Penutup
1) Memandu peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
2) Mengadakan evaluasi untuk mengapresiasi karya secara spontan pada karya yang diperlihatkan. Mengadakan angket.
3) Memberi penghargaan pada peserta didik atau kelompok yang kreatif dengan mempertunjukkan hasil karya yang terbaik.
Siklus III :
Setelah dilakukan observasi dan refleksi siklus II, maka siklus III dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut :
Pendahuluan
1) Memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang kemudahan membuat gambar reklame
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti
1) Menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi.
2) Guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk mengamati, memahami, menilai dan memberikan penghargaan secara kelompok terhadap karya poster yang dipertunjukkan. Guru mengingatkan kembali pada peserta didik agar memperhatihan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik pada karya tersebut.
3) Memberikan kesempatan kepada salah satu anggota kelompok peserta didik untuk memberikan apresiasi terhadap karya poster yang telah diamatinya. Peserta didik yang dapat memberikan apresiasi dengan baik dan benar diberikan pujian atau sanjungan.
5) Peserta didik membuat poster tentang “Narkoba”.
Penutup
1) Memandu peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
2) Mengadakan evaluasi terhadap karya poster yang telah selesai dikerjakan peserta didik. Mengadakan angket.
3) Memberi penghargaan pada peserta didik yang membuat karya terbaik.
4) Memotivasi peserta didik tentang kelebihan atau nilai positif bila memiliki kemampuan dalam bidang seni. Dengan kemampuan yang dimiliki dapat digunakan pula sebagai sarana untuk mencari nafkah.
c. Tahap Pengamatan (Observing)
Observasi dilakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat dengan menggunakan instrumen monitoring yang telah disiapkan. Pada setiap akhir pembelajaran peserta didik diminta tanggapan dengan cara wawancara dari beberapa peserta didik dan mengisi angket.
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah dilakukan tindakan, maka dilakukan analisis dari data yang ada baik data kualitatif maupun kuantitatif. Hasil analisis beserta kelebihan dan kekurangan yang ada dipakai untuk merumuskan dan menentukan tindakan selanjutnya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal
Selama ini penulis amati dalam pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Temanggung, peserta didik menampakkan sikap yang kurang bersemangat dalam menerima pelajaran bahkan kadangkala ada beberapa peserta didik yang asal mengikuti dan cenderung pasif. Hal ini menyebabkan suasana kelas kurang kondusif, interaksi timbal balik antara guru dan peserta didik tidak terjadi dengan optimal dan pada akhirnya prestasi belajar Seni Budaya peserta didik SMP Negeri 6 Temanggung belum sesuai dengan harapan.
Sesuai jadwal, pelajaran Seni Budaya di kelas VIII A setiap hari Senin pada jam ke 2-3. Sesuai program pembelajaran KTSP di SMP Negeri 6 Temanggung untuk semester gasal diberikan materi Seni Rupa. Sedangkan Semester genap diberikan materi Seni Musik.
Sebelum implementasi tindakan dimulai terlebih dahulu diadakan tes awal dengan bentuk soal praktek dengan 2 butir soal. Hasil tes awal ini dari 38 peserta didik yang mengikutinya, rata-rata daya serap yang dicapai hanya 28,94 % dengan prosentase ketuntasan belajar 36,84 %. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar peserta didik (63,16 %) memang belum menguasai kompetensi motorik. Hasil angket dari 38 peserta didik, terdapat 3 atau 7,89 % memiliki motivasi rendah, 18 peserta didik atau 47,37 % memiliki motivasi kurang, 13 peserta didik atau 34,21 % memiliki motivasi sedang dan 4 peserta didik atau 10,53 % memiliki motivasi tinggi.

B. Deskripsi Siklus I
Pembelajaran untuk kompetensi dasar gambar reklame dengan pendekatan apresiasi dilaksanakan dengan urutan langkah sebagai berikut : (1) Memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang reklame, (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) Mempersiapkan semua peralatan untuk keperluan pengajaran apresiasi. Peralatan pendukung yang digunakan adalah karya poster, selabarn, brosur, pesawat televisi, player VCD dan kaset CD tentang reklame, (4) Mengadakan Pre-tes, (5) Menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi, (7) Mengatur tempat duduk peserta didik sedemikian rupa sehingga seluruh peserta didik dapat melihat gambar model dan gambar pada pesawat televisi yang ditempatkan di depan kelas, (8) Guru menampilkan beberapa karya reklame seperti: selebaran, brosur, poster komersial dan poster sosial serta visualisasi kegiatan reklame. Sambil mengamati dan mendengarkan, guru mengingatkan pada peserta didik agar memperhatihan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik tentang contoh karya reklame dan visualisasi pada penyajian VCD reklame, (9) Peserta didik membuat rekame yang diberikan guru, (10) Guru mengadakan pelatihan lanjutan, (11) Memandu peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran, (12) Mengadakan evaluasi karya reklame yang telah diselesaikan dalam pembelajaran dan mengadakan angket, (13) Memberi penghargaan pada peserta didik kreatif dengan karya baik dan memberi tugas rumah.
Dalam pembelajaran ini, peserta didik diajak untuk bersama-sama mengamati, menghayati, menilai dan memberikan tanggapan atau penghargaan terhadap karya. Dengan bantuan guru peserta didik diajak megingat kembali unsur-unsur dan prinsip seni sebagai acuan dasar dalam menilai suatu karya seni.
Saat kegiatan ini berlangsung, tercipta suasana pembelajaran yang hidup karena tiap peserta didik mengamati dan berusaha menganalisis hasil karya orang lain. Pembelajaran ini juga menjadikan peserta didik senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Lebih-lebih peserta didik yang mendapat contoh karya yang baik. Dengan teknik analisis sederhana peserta didik dapat menyelesaikan kegiatan ini dengan baik dan lancar. Setelah menganalisis karya, selanjutnya peserta didik diberi tugas untuk membuat reklame dari inspirasi karya yang telah diapresiasi. Pembelajaran ini juga menyebabkan perubahan cukup menonjol pada peserta didik menyangkut motivasi belajar yang ditunjukkan dalam keaktifan peserta didik dalam belajar dibandingkan keadaan sebelumnya. Selama tindakan berlangsung, terdapat hambatan-hambatan antara lain :
1. Peserta didik belum menggunakan waktu secara baik. Peserta didik lebih banyak mengamati karya tidak terfokus.
2. Ada beberapa peserta didik yang belum maksimal dalam penguasaan konsep unsur dan prinsip seni dan ada beberapa peserta didik tidak memiliki catatan mengenai hal tersebut. Maka dalam pembelajaran ke depan peserta didik memiliki diktat materi pelajaran agar peserta didik dapat memiliki acuan belajar. Disamping itu, ke depan peserta didik disediakan lembar kerja peserta didik (LKS) agar kegiatan lebih maksimal.
Pada akhir siklus I, peserta didik diminta memberi komentar tentang pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan angket dan observasi. Dari hasil angket ini, diketahui 6 peserta didik memiliki motivasi tinggi atau (15,79 %), 18 peserta didik memiliki motivasi sedang atau (47,37 %) sisanya 14 peserta didik memiliki motivasi kurang atau (36,84 %). Hasil observasi dari kolaboratorpun lebih dari 63,16 % peserta didik menyatakan senang dan sangat senang untuk mengikuti pembelajaran ini dan 36,84 % peserta didik menyatakan biasa-biasa saja. Sedang hasil tes praktek dari 38 peserta didik yang mengikuti memiliki rata-rata daya serap 60,52 % dengan ketuntasan belajar mencapai 73,68 %.

C. Deskripsi Siklus II
Dari hasil refeksi pada siklus I, maka tindakan yang dilakukan dalam siklus II ini meliputi : (1) Memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang manfaat reklame, (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) Menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi, (4) Guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk mengamati, memahami, menilai dan memberikan penghargaan terhadap beberapa karya poster komersial dan poster sosial yang dipajang di dinding kelas. Sambil mengamati guru mengingatkan pada peserta didik agar memperhatihan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik pada karya tersebut, (5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih dan memberikan tanggapan terhadap karya poster yang telah diamatinya. Peserta didik sambil mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKS). Peserta didik yang dapat memberikan pilihan dan penilaian dengan baik dan benar diberikan stiker, (6) Memodelkan kembali kegiatan apresiasi secara kelompok, (7) Latihan membuat poster sosial lanjutan, (7) Memandu peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran, (8) Mengadakan evaluasi untuk mengapresiasi karya secara spontan pada karya yang diperlihatkan, (9) Mengadakan angket, (10) Memberi penghargaan pada peserta didik atau kelompok yang kreatif dengan mempertunjukkan hasil karya yang terbaik.
Pada akhir siklus II ini diketahui: 2 peserta didik atau 5,26 % memiliki motivasi sangat tinggi, 8 peserta didik atau 21,05 % memiliki motivasi tinggi, 16 peserta didik atau 42,10 % memiliki motivasi sedang dan 12 peserta didik atau 31,57 % memiliki motivasi kurang. Hasil observasi dan wawancara kolaborator terdapat 78,94 % menyatakan sangat senang dan senang serta terlibat aktif mengikuti pembelajaran ini dan 21,05 % peserta didik menyatakan biasa-biasa saja. Hal ini merupakan peningkatan dari kegiatan pada siklus I. Perhatikan grafik motivasi dan tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan berikut :
Grafik 1
Motivasi Peserta didik Terhadap Pembelajaran


Grafik 2
Tanggapan Peserta didik Terhadap Pembelajaran



Hambatan yang masih muncul pada siklus II ini, diantaranya :
1. Masih ada beberapa peserta didik yang belum maksimal dalam belajar.
2. Peserta didik yang ditunjuk untuk menyampaikan pendapat masih main tunjuk, dan kurang percayadiri.
Hasil karya poster pada akhir siklus ke-II ini meningkat dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada siklus ke-I. Dari 38 peserta didik yang mengikuti, rata-rata daya serap mencapai 65,78 % dengan ketuntasan belajar 81,57 %. Hasil observasi kolaborator menggunakan lembar pengamatan diperoleh hasil bahwa sebagian besar peserta didik (84,21 %) telah melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur / langkah-langkah yang diberikan dalam mengapresiasi dengan acuan unsur dan prinsip seni dengan baik dan benar. Hanya ada beberapa peserta didik (15,79 %) yang belum sesuai prosedur yang diharapkan. Ini disebabkan, tidak memiliki sarana dan reverensi yang lengkap..

D. Deskripsi Siklus III
Setelah dilakukan observasi dan refleksi siklus II, maka siklus III dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut : (1) Memotivasi peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang kemudahan membuat gambar reklame, (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) Menyampaikan informasi tentang langkah-langkah yang akan dikerjakan dalam pembelajaran dengan pendekatan apresiasi, (4) Guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk mengamati, memahami, menilai dan memberikan penghargaan secara kelompok terhadap karya poster yang dipertunjukkan. Guru mengingatkan kembali pada peserta didik agar memperhatihan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang menarik pada karya tersebut, (5) Memberikan kesempatan kepada salah satu anggota kelompok peserta didik untuk memberikan apresiasi terhadap karya poster yang telah diamatinya. Peserta didik yang dapat memberikan apresiasi dengan baik dan benar diberikan pujian atau sanjungan, (6) Peserta didik membuat poster tentang “Narkoba”, (7) Memandu peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran,(8) Mengadakan evaluasi terhadap karya poster yang telah selesai dikerjakan peserta didik, (9) Mengadakan angket, (10) Memberi penghargaan pada peserta didik yang membuat karya terbaik, (11) Memotivasi peserta didik tentang kelebihan atau nilai positif bila memiliki kemampuan dalam bidang seni. Dengan kemampuan yang dimiliki dapat digunakan pula sebagai sarana untuk mencari nafkah. Memberikan beberapa contoh figur seniman yang sukses seperti; Affandi, Amri Yahya, Amang Rahman dan seniman lokal Gus Sailendra dan Lucia Hartini.
Pada akhir siklus III ini diketahui: 3 peserta didik atau 7,89 % memiliki motivasi sangat tinggi, 10 peserta didik atau 26,32 % memiliki motivasi tinggi, 15 peserta didik atau 39,47 % memiliki motivasi sedang dan 10 peserta didik atau 26,32 % memiliki motivasi kurang. Hasil observasi dan wawancara kolaborator ditemukan 92,11 % menyatakan sangat senang dan senang , terlibat aktif, dan kreatif mengikuti pembelajaran dan hanya 7,89 % peserta didik menyatakan biasa-biasa saja, kurang aktif dan tidak kreatif. Hal ini menunjukkan peningkatan dari kegiatan pada siklus I.dan II. Perhatikan grafik motivasi dan tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan berikut :

Grafik 3
Motivasi Peserta didik Terhadap Pembelajaran










Grafik 4
Tanggapan Peserta didik Terhadap Pembelajaran



Hasil karya poster dengan tema “Narkoba” pada akhir siklus ke-III ini sangat meningkat dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada siklus ke-I dan ke-II. Dari 38 peserta didik yang mengikuti, rata-rata daya serap mencapai 76,32 % dengan ketuntasan belajar 86,84 %. Demikian pula hasil observasi kolaborator menggunakan lembar pengamatan diperoleh hasil bahwa sebagian besar peserta didik (89,47 %) telah melakukan kegiatan apresiasi karya seni dengan baik dan benar. Hanya ada sebagian kecil peserta didik (10,53 %) yang belum sesuai harapan. Ini disebabkan kurang aktif dalam menganalis materi pembelajaran.


E. Pembahasan

Dari uraian hasil penelitian di atas tampak hasil angket motivasi peserta didik dari pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III dan tanggapan peserta didik, serta hasil pembelajaran dari siklus I, II dan siklus III , ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 1 : Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta didik

Kreteria Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Sangat Tinggi 0 0 5.26 7.89
Tinggi 10.53 15.79 21.05 26.32
Sedang 34.21 47.37 42.1 39.47
Kurang 47.37 36.84 31.57 26.32
Sangat Kurang 7.89 0 0 0

Dari tabel hasil angket di atas, terlihat pada kategori motivasi sangat tinggi terdapat 5,26 % pada siklus II dan meningkat 2,63 % menjadi 7,89 % pada siklus III, kategori motivasi tinggi terdapat kenaikan 5,26 % menjadi 15,79 % pada siklus I, meningkat 5,26 % menjadi 21,05 % pada siklus II dan naik 5,27 % menjadi 26,32 % pada siklus III, dan terdapat penurunan pada kategori motivasi kurang menurun 10,53 % menjadi 36,84 % pada siklus I, menurun 5,27 % pada siklus II dan menurun 5,25 % pada siklus III dan tidak dijumpai lagi motivasi sangat kurang pada siklus I, siklus II dan siklus III. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar peserta didik yang cukup berarti dari pra siklus, perlakuan siklus I, siklus II, dan siklus III. Gambaran peningkatan motivasi peserta didik tersebut dapat pula dilihat dari peningkatan grafik berikut:









Grafik 5
Motivasi Peserta didik Terhadap Pembelajaran

Tabel 2 : Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran

Kriteria Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Sangat Senang 15.79 21.05 39.47
Senang 47.37 57.89 52.63
Biasa (Cukup Senang) 26.31 21.05 7.89
Kurang Senang 10.53 0 0
Tidak Senang 0 0 0


Dari tabel hasil observasi dan wawancara kolaborator di atas, terlihat pada peserta didik yang menyatakan senang dan sangat senang, serta aktif untuk mengikuti pembelajaran ini terdapat 63,16 % pada siklus I meningkat 15,78 % menjadi 78,94 % pada siklus II dan naik 13,17 % menjadi 92,11 % pada siklus III. Di samping itu terdapat 36,84 % pada siklus I, menurun 15,79 % menjadi 21,05 % pada siklus II dan menurun 13,16 % menjadi 7,89 % pada siklus III, peserta didik menyatakan biasa-biasa saja dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan motivasi, partisipasi dan peran aktif serta kreativitas peserta didik dalam pembelajaran. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik tanggapan peserta didik berikut:
Grafik 6
Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran


Tabel 3 : Rekapitulasi daya serap dan ketuntasan belajar peserta didik

Siklus Rata-rata daya serap Ketuntasan Belajar
Siklus I 60,52 % 73,68 %
Siklus II 65,78 % 81,57 %
Siklus II 76,32 % 86,84 %

Dari tabel hasil rekapitulasi daya serap dan ketuntasan belajar peserta didik di atas, terlihat pada hasil tes praktek dari 38 peserta didik yang mengikuti memiliki rata-rata daya serap 60,52 % pada siklus I, meningkat 5,26 % menjadi 65,78 % pada siklus II, dan naik 10,54 % menjadi 76,32 % pada siklus III. Di samping terdapat pencapaian ketuntasan belajar 73,68 % pada siklus I, meningkat 7,89 % menjadi 81,57 %, dan naik 5,27 % menjadi 86,84 % pada siklus III. Hal ini menunjukkan dari perlakuan siklus I, siklus II dan siklus III, terdapat adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Seni Budaya.
Menurut pedoman laporan hasil belajar SMP Kurikulum 2006 (KTSP), yaitu seorang peserta didik dianggap tuntas belajar apabila daya serap minimal mencapai 75 %, sedang klasikal dianggap tuntas belajar apabila 85 % dari jumlah peserta didik dalam kelas mempunyai daya serap minimal 75 %.
Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan indikator keberhasilan di atas, maka secara kuantitas hasil pembelajaran dengan pendekatan apresiasi ini memiliki kecenderungan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian daya serap dan ketuntasan belajar peserta didik yang cenderung meningkat. Berarti, pembelajaran menggunakan pendekatan apresiasi dapat dikatakan cukup efektif dan berhasil.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan apresiasi pada konsep gambar reklame, dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 6 Temanggung tahun pelajaran 2007/ 2008 terhadap mata pelajaran Seni Budaya, yang pada akhirnya meningkatkan pula prestasi belajar dalam mata pelajaran Seni Budaya. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan motivasi belajar dan tanggapan peserta didik yang dapat dilihat dari partisipasi, peran aktif, dan kreativitas dalam mengikuti proses pembelajaran. Di samping itu ditunjukkan pula dengan peningkatan nilai praktek gambar reklame dan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal, serta mampu mengapresiasi karya orang lain dengan baik dan benar.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan apresiasi cukup efektif untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Indikator ini dapat dilihat dari tanggapan dan keaktifan, serta kreativitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran, serta pencapaian daya serap dan ketuntasan belajar yang cenderung meningkat.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan :
1. Pembelajaran dengan pendekatan apresiasi ini dapat diterapkan pada suasana kelas lain dan sekolah lain yang memiliki masalah yang cenderung sama.
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran langsung dengan pendekatan apresiasi pada konsep/ kompetensi dan subyek lain, di luar pengetahuan procedural.


DAFTAR PUSTAKA


Bastomi, Suwadji, 1989. Wawasan Seni. IKIP Semarang Press.

Sahman, Humar, 1994. Estetika. IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Depdikbud, 1993. Petunjuk Umum Pelaksanaan Kurikulum SLTP 1994. Jakarta : Bagian Proyek Pengedaan Sarana dan Peningkatan Mutu Pendidikan Menengah Umum.

Hadari Nawawi, 1987, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University, Yogyakarta Press.

Hasan, M 1994, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung, Angkasa.

S. Nasution, 1982, Didaktik Azas-azas Mengajar, Bandung, Hermans.

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1989, Psikologi Belajar, IKIP Semarang Press.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasinal.